Assalamu'alaikum...
Pergaulan (mu’amalah) dengan sesama adalah kebutuhan setiap manusia. Ia tidak
akan dapat lepas dari kehidupan manusia dimana pun ia berada. Karena tidak ada
manusia yang dapat hidup menyendiri, terkucil dari kelompok manusia yang
lain.
Islam mengajarkan bagaimana seharusnya manusia
membangun prinsip pergaulannya dengan sesama. Larangan berbuat zalim, aniaya dan
sewenang-wenang, serta perintah berbuat ihsan dan memberi manfaat kepada orang
lain begitu banyak dalam Alquran atau Sunnah. Hal ini menunjukkan bahwa syariat
Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap masalah pergaulan antar
sesama manusia.
Pergaulan dapat memberikan keuntungan dan nilai
positif manakala ia dibangun diatas prinsip yang benar. Dan sebaliknya, ia dapat
berubah menjadi petaka ketika pola pikir suatu masyarakat terhadapnya mengalami
penyimpangan.
Diantara pola pikir keliru yang berkembang pada
kebanyakan masyarakat adalah; bahwa pergaulan selalu didasarkan pada prinsip
kompensasi (muqabalah). Jika saya menerima, maka saya memberi. Jika orang lain
berbuat baik, maka saya pun berbuat baik. Dan jika orang lain berbuat buruk,
maka saya pun berbuat buruk.
Lihat lah bagaimana prinsip ini begitu kentara
dalam pola pergaulan masyarakat. Padahal empatbelas abad silam Islam mengajarkan
prinsip berbeda melalui firman Allah,
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي
بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ. وَمَا يُلَقَّاهَا
إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“Balaslah (keburukan itu) dengan yang lebih
baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antaranya ada permusuhan menjadi
seolah-olah ia saudara yang dekat. Dan tidak ada yang dapat melakukannya kecuali
orang yang sabar, dan tidak ada yang dapat melakukannya kecuali orang yang
mendapat kebaikan yang banyak.” (QS. Fushilat [41]:
34-35).
Islam mengajarkan prinsip membalas keburukan
dengan kebaikan, kesalahan dengan pemberian maaf, kemarahan dengan sabar. Islam
mengajarkan tindakan menahan diri dari sikap negatif dan bersabar menghadapi
sikap buruk orang lain. Sehingga, sikap itu membuahkan keharmonisan yang indah,
“Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antaranya ada permusuhan menjadi
seolah-olah ia saudara yang dekat.”
Prinsip yang diajarkan Islam ini juga terdapat
dalam masalah hubungan silaturahmi. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Bukanlah orang yang menyambung (silaturahmi) itu dengan balasan. Akan
tetapi orang yang menyambung silaturahmi itu adalah orang yang terputus hubungan
silaturahminya, kemudian ia menyambungkannya.” (HR.
Bukhari)***Wallahu a’lam bish-shawab.
Terimakasih
Sumber : سبيل العلم