“AKU REMAJA MAKA AKU BERIMAN”
Sebuah Cerpen Remaja Muslim oleh Fadil Aditya Edwin
Aku berjalan
disunyi gelapnya malam tanpa ada yang menemani. Aku merasa takut ada roh-roh
halus yang menggentayangiku, lalu aku menuju ke sebuah titik sinar putih
terang, yang ternyata adalah tempat dimana jiwa-jiwa yang telah tiada
dikumpulkan, kemudian aku merasa gelisah, menggigil, dan “brak” aku terjatuh
dan terbangun dari tidurku yang lelap.
Kukira aku tidak
bisa lagi menggerakan kaki ini, mengayunkan tangan ini, dan menghirup udara
ini, tapi aku bersyukur Allah masih memberiku kehidupan hari ini. Tiada nikmat
yang indah selain merasakan kehidupan.
Setelah itu aku berjalan
menuju desa seberang, disana aku bertemu dengan para sahabatku dan menceritakan
semua mimpiku tadi malam. “Tahu tidak ?” “Nggak” Kata Thoib “Eeh…belum” Kataku,
“Emangnya ada apa ?” Tanya Thoib “Semalam aku bermimpi bahwa kematianku sudah
datang” Jawabku. ”Ooo…kirain ada apa ” Ujar Thoib, “Mungkin itu pertanda umurmu
tidak panjang lagi ” Kata Dede temanku yang lain. Kata-katanya membuat hatiku
semakin takut dan gemetar.
“Allahu akbar
Allahu akbar” Terdengar suara adzan dari masjid Agung. Lalu aku menuju ke
masjid Agung tersebut untuk melaksanakan Shalat Zuhur. Setelah shalat aku duduk
di depan pintu masjid dan bertemu dengan seorang ustad “Kenapa kamu terlihat
murung nak ?” Tanya ustad tersebut sambil memegang pundakku, ”Semalam aku
bermimpi nyawaku telah dicabut oleh Allah, dan aku takut kematianku akan segera
datang” Jawabku, Kemudian ustad tersebut menjawab “Tidak usah takut itukan cuma
mimpi, kalaupun itu memang terjadi maka itu sudah takdir dari yang kuasa,
lagian semua yang hidup ini pasti juga akan mati”. ”Terus bagaimana menghilangkan
rasa takut ini ustad ?” Tanyaku. ”Kamukan masih muda jadi kamu belum terlambat
untuk meningkatkan keimananmu kepada Allah” Jawab ustad tersebut. Hatiku mulai
terasa lega karena perkataan ustad tadi.
Setelah kembali
ke rumah, temanku mengajakku pergi jalan-jalan dengan motor. Lalu aku meminta izin
kepada ibuku “Bu, aku mau pergi main boleh kan ?”. “jangan jauh-jauh ya !“ Jawab
ibuku “Ya bu” kataku. Kemudian kami pergi menuju ke sebuah desa yang jauh dari rumahku, karena
keasikan menikmati udara sambil mengendarai
motor aku terlupa akan pesan ibuku tadi yang tidak memperbolehkanku
pergi jauh-jauh. Dan sesaat kami mau kembali pulang, aku dan temanku mengalami kecelakaan
yang membuat motor temanku rusak parah karena tergilas oleh sebuah mobil, untungnya
aku dan temanku tidak mengalami luka yang parah, kemudian aku pulang dengan
menggunakan ojek yang kebetulan menyaksikan kejadian itu.
Sesampainya di
rumah setelah Shalat Ashar aku menceritakan semua kejadian tadi kepada ibuku, “Maafin
aku ya bu ?” Kataku “ Loh..emangnya kenapa ?” Tanya ibu dengan wajah bingung,
“Tadi aku mengalami kecelakaan di desa sebelah” Kataku sambil menundukkan
kepala “Kan tadi sudah ibu bilang jangan main jauh-jauh” Kata ibuku “Aku lupa
bu, maafin aku ya ?” Jawabku sambil memohon maaf “Ya sudah ibu maafin yang
penting kamu nggak kenapa-kenapa, oh ya teman kamu bagaimana ?” Tanya Ibu “Temanku
sih baik-baik saja,
tapi…” Jawabku “Tapi apa ?” Tanya ibu dengan wajah khawatir “Motor yang
dikendarai temanku tadi hancur, tapi…” Jawabku “Tapi apa lagi” Tanya ibu lagi
“Tapi sudah diganti oleh orang yang menabraknya tadi” Jawabku sambil sedikit
tersenyum, untungnya Ibu tidak marah kepadaku.
Sesaat hari
sudah mau gelap Adzan pun telah berkumandang, aku menuju masjid untuk
menunaikan ibadah shalat Magrib. Setelah shalat aku bertemu lagi dengan ustad
tadi siang dan menceritakan kejadianku “Ustad ternyata mimpiku semalam
benar-benar terjadi, aku mengalami kecelakaan yang dahsyat”. “Hahaha…” Tawa
ustad tersebut, “Kenapa ustad tertawa ?” Tanyaku, “Mimpi itu tidak terjadi, buktinya
kamu masih hidupkan ?”, Kemudian aku termenung sejenak dan tertawa “Hehe iya
ya”. Lalu ustad tersebut mengatakan satu hal yang mungkin tidak bisa kulupakan
“Wahai anakku satu hal yang perlu kau ingat, nikmat yang paling berharga itu
bukanlah kehidupan tetapi nikmat Islam dan Iman”. Kemudian ustad itu pergi
meninggalkan masjid.
kemudian sesaat
suara burung hantu mulai terdengar, langitpun telah gelap, aku kembali pulang
kerumah dan berjalan sendiri. Namun aku tidak pernah merasakan takut lagi
karena perkataan yang menyejukkan hatiku dari ustad tadi.
Keesokan
paginya, sesaat disekolah banyak teman yang bercerita tentang rencana pergi
jalan-jalan sehabis pulang sekolah. Kemudian temanku bertanya kepadaku “Kamu
habis kecelakaan kemarin kan ?”, belum sempat aku menjawab teman lain bertanya lagi
kepadaku “Bagaimana keadaanmu ?”, lalu aku menjawab” Alhamdulillah aku baik-baik
saja”. Kemudian Dede berkata “Karena mimpi saja kamu takut apalagi kecelakaan
seperti ini, kamu pasti takutkan ?”, kemudian dengan tegas aku menjawab
“TIDAK”. Lalu semua teman di kelasku menghadap ke arahku.
Tidak beberapa
lama “Toneng toneng” Lonceng istirahat pun berbunyi, aku pun pergi ke kantin bersama
Thoib untuk menjanggal perutku yang sedang lapar. Seperti biasanya, saat makan
aku selalu bercanda dengan Thoib “Yib tolong ambilakan minum” Kataku “berapa
gelas ?” Tanya Thoib “Tidak usah banyak-banyak sepuluh gelas cukup, ya satu
dong” Jawabku sambil tertawa. Sesaat aku baru keluar dari kantin “Hello…penakut
?” Kata Dede sambil mengejekku, “Kamu ini gimanasih De sahabat sendiri di
ketawain” Balas Thoib, “sudahlah yib tidak usah di dengarin” Kataku.
Lalu entah ada
makhluk gaib yang lewat atau apapun tapi tiba-tiba Dede memukulku dari belakang
dan Thoib membalas dengan memukul Dede pula, kemudian terjadilah pertengkaran
antara Thoib dan Dede, dan aku terus mencegah perkelahian itu. Setelah itu datanglah
seorang guru dan menegur kami “Sudah-sudah, kenapa kamu berkelahi ?” “Bukan
a..” kataku yang belum selesai berbicara “Ayo ikut ibu ke ruang kepsek”. Mau
bagaimana lagi guruku menyangka akulah yang membuat perkelahian itu.
Sesaat di ruang Kepsek
“kenapa kamu berkelahi ?” Tanya bapak Kepsek, “Aku tidak berkelahi Pak”, “Sudah…jangan
banyak alasan” kata guru yang membawaku ke ruang kepsek. “Maaf saya harus
mengurangi point prediket sekolahmu, dan sekarang bersihkan seluruh ruangan ini
sampai selesai !” kata Pak kepsek. Lalu aku membersihkan ruangan itu, aku melakukukannya
karena aku percaya Allah pasti memberikan yang terbaik untukku, aku
membersihkan ruangan ini sampai-sampai aku tidak jadi ikut jalan-jalan, ya mau
gimana lagi.
Setelah aku
pulang kerumah, aku mendapat telfon dari Thoib bahwa bus yang mereka tumpangi
saat jalan-jalan mengalami kecelakaan, dan mereka sekarang berada di Puskesmas.
Setelah itu aku langsung menuju Puskesmas dan bertemu dengan Thoib, ”Kamu nggak
kenapa-kenapa yib ?” Tanyaku, “Cuma lecet dikit kok” Jawab Thoib. “Bagaimana keadaan
teman yang lain” Tanyaku lagi, “Semua sih selamat tetapi Dede mengalami luka
yang sangat parah di bagian kepalanya” Jawab Thoib.
Setelah itu aku
menuju ke kamar dimana Dede di rawat. “Bagaimana kabar Dede buk ?” Tanyaku
kepada ibunya Dede, ”Aku nggak papa kok” Terdengar suara kecil dari Dede yang
baru sadar. “Maafin aku ya, mungkin gara-gara aku jahat sama kamu sehingga aku
seperti ini “ Kata Dede, “Kamu nggak ada salah De, ini semua pasti sudah diatur
oleh Allah ” Jawabku sambil tersenyum kepada Dede.
Beberapa hari
setelah kejadian itu, waktu aku bermain dengan Thoib seorang lelaki muda yang
memakai perban di kepalanya datang kerumahku, dan ternyata orang itu adalah Dede. “Loh..kamu kan masih sakit kenapa kesini
De ? ” Tanyaku, lalu dede berkata ”Aku sebenarnya ingin minta maaf sekali lagi sama
kamu”, “De..de sudah aku maafin kok” Ujarku. Lalu Dede bertanya “Kenapa sih waktu
itu kamu nggak nuduh aku yang mengakibatkan perkelahian itu ?”, “Aku nggak mau
memperbesarkan masalah, lagian aku juga percaya Allah sudah mengatur semua itu
dan mungkin itu memang yang terbaik untukku” Jawabku.
Kemudian Dede termenung
dan bertanya kembali “Kenapa sih kamu percaya bahwa hal itu baik untukmu sedangkan
itu telah mengurangi point sekolahmu kan ?”, lalu aku berkata “Kalau kamu mau
tau jawabannya ikutlah denganku ke masjid pada waktu magrib besok”, “Hmm…baiklah,
tapi besok pagi kamu harus ikut aku dulu ke ruang kepsek” Kata Dede “Mau apa” Tanyaku
“Lihat saja besok, aku pulang dulu Assalamualaikum” Kata dede sambil tersenyum
“Wa’alaikumussalam” Jawabku.
Keesokan harinya
saat di sekolah Dede membawaku ke ruang kepsek, sesaat di ruang kepsek “Ada apa
ya” kata bapak kepsek, “Begini pak waktu itu yang mengakibatkan perkelahian itu
sebenarnya saya” Kata Dede yang gugup “Apa itu benar ?” Kata bapak kepsek “Ya pak
” Jawab Dede, “Kalau begitu saya tidak jadi mengurangi point kamu” Kata bapak
kepsek “Horeee” Jawabku yang merasa gembira “Dan untuk kamu Dede...” Kata bapak
kepsek “Iya Pak” Jawab Dede dengan wajah yang pucat “saya juga tidak mengurangi
point kamu “ Kata bapak kepsek “Serius pak ? horee” Teriak Dede. Kemudian kami
kembali ke kelas dan aku berkata “Perbuatan kamu tadi adalah salah satu rasa
iman” “Oh ya ?” Tanya Dede dan aku hanya menjawab dengan menganggukkan kepala
“Hmm.. oh ya soal kemarin aku masih bingung “ kata Dede “Soal apa ? “ Tanyaku “Itu,
yang kamu ingin ajak aku ke masjid” jawab Dede “Ooo..pokoknya nanti waktu
magrib kamu harus ikut aku ke masjid” jawabku, “Ya baiklah” Kata Dede.
pada waktu
magrib datang, aku, Thoib, dan Dede pergi ke masjid dan melaksanakan shalat
bersama di masjid tersebut. Setelah Shalat aku memperkenalkan Thoib dan Dede
kepada ustad yang sering kutemui di mesjid itu. “Assalamualaikum ustad”
“Wa’alaikumussalam” Jawab ustad “Perkenalkan ini temanku Dede dan Thoib” Kataku
“Oh ya ada apa ya ?” Tanya ustad, “Begini loh ustad, teman aku bingung kenapa
kita harus percaya apapun yang kita dapatkan merupakan hal yang terbaik“ kataku,
lalu ustad menjawab “Kalau begitu kita duduk saja di mimbar agar lebih tenang” “Baik
ustad” Jawabku “Begini kepercayaan adalah kita memiliki rasa yakin terhadap
sesuatu, dan kenapa kita harus percaya apa yang kita dapatkan merupakan hal
yang paling baik ? Karena di dalam ajaran Islam kita ini harus beriman yang
artinya kita harus memiliki rasa kepercayaan kepada Allah dengan meyakini
seluruh alam ini adalah ciptaannya” Kata ustad tersebut, “Oohh...kalau begitu
mulai hari ini, jam ini, menit ini, bahkan detik ini InsyaAllah aku akan
meningkatkan Imanku” Jawab Dede “Bagus” Kata ustad tersebut sambil tersenyum.
Kemudian aku
bertanya kepada Dede “Sekarang kamu udah taukan kenapa setiap apapun yang aku
lakukan merupakan yang terbaik untukku”, “Memangnya kenapa ?” Tanya Dede,
kemudian Thoib tertawa “Hahaha..gimana sih nggak ngerti juga”. Setelah itu aku tersenyum
dan berkata “KARENA AKU REMAJA MAKA AKU BERIMAN”.
Terimakasih semoga menghibur dan bermanfaat...........