19 Mei 2015

Cerpen Aku Remaja Maka Aku Beriman



“AKU REMAJA MAKA AKU BERIMAN

Sebuah Cerpen Remaja Muslim oleh Fadil Aditya Edwin

Aku berjalan disunyi gelapnya malam tanpa ada yang menemani. Aku merasa takut ada roh-roh halus yang menggentayangiku, lalu aku menuju ke sebuah titik sinar putih terang, yang ternyata adalah tempat dimana jiwa-jiwa yang telah tiada dikumpulkan, kemudian aku merasa gelisah, menggigil, dan “brak” aku terjatuh dan terbangun dari tidurku yang lelap.
Kukira aku tidak bisa lagi menggerakan kaki ini, mengayunkan tangan ini, dan menghirup udara ini, tapi aku bersyukur Allah masih memberiku kehidupan hari ini. Tiada nikmat yang indah selain merasakan kehidupan.
Setelah itu aku berjalan menuju desa seberang, disana aku bertemu dengan para sahabatku dan menceritakan semua mimpiku tadi malam. “Tahu tidak ?” “Nggak” Kata Thoib “Eeh…belum” Kataku, “Emangnya ada apa ?” Tanya Thoib “Semalam aku bermimpi bahwa kematianku sudah datang” Jawabku. ”Ooo…kirain ada apa ” Ujar Thoib, “Mungkin itu pertanda umurmu tidak panjang lagi ” Kata Dede temanku yang lain. Kata-katanya membuat hatiku semakin takut dan gemetar.
“Allahu akbar Allahu akbar” Terdengar suara adzan dari masjid Agung. Lalu aku menuju ke masjid Agung tersebut untuk melaksanakan Shalat Zuhur. Setelah shalat aku duduk di depan pintu masjid dan bertemu dengan seorang ustad “Kenapa kamu terlihat murung nak ?” Tanya ustad tersebut sambil memegang pundakku, ”Semalam aku bermimpi nyawaku telah dicabut oleh Allah, dan aku takut kematianku akan segera datang” Jawabku, Kemudian ustad tersebut menjawab “Tidak usah takut itukan cuma mimpi, kalaupun itu memang terjadi maka itu sudah takdir dari yang kuasa, lagian semua yang hidup ini pasti juga akan mati”. ”Terus bagaimana menghilangkan rasa takut ini ustad ?” Tanyaku. ”Kamukan masih muda jadi kamu belum terlambat untuk meningkatkan keimananmu kepada Allah” Jawab ustad tersebut. Hatiku mulai terasa lega karena perkataan ustad tadi.
Setelah kembali ke rumah, temanku mengajakku pergi jalan-jalan dengan motor. Lalu aku meminta izin kepada ibuku “Bu, aku mau pergi main boleh kan ?”. “jangan jauh-jauh ya !“ Jawab ibuku “Ya bu” kataku. Kemudian kami pergi  menuju ke sebuah desa yang jauh dari rumahku, karena keasikan menikmati udara sambil mengendarai  motor aku terlupa akan pesan ibuku tadi yang tidak memperbolehkanku pergi jauh-jauh. Dan sesaat kami mau kembali pulang, aku dan temanku mengalami kecelakaan yang membuat motor temanku rusak parah karena tergilas oleh sebuah mobil, untungnya aku dan temanku tidak mengalami luka yang parah, kemudian aku pulang dengan menggunakan ojek yang kebetulan menyaksikan kejadian itu.
Sesampainya di rumah setelah Shalat Ashar aku menceritakan semua kejadian tadi kepada ibuku, “Maafin aku ya bu ?” Kataku “ Loh..emangnya kenapa ?” Tanya ibu dengan wajah bingung, “Tadi aku mengalami kecelakaan di desa sebelah” Kataku sambil menundukkan kepala “Kan tadi sudah ibu bilang jangan main jauh-jauh” Kata ibuku “Aku lupa bu, maafin aku ya ?” Jawabku sambil memohon maaf “Ya sudah ibu maafin yang penting kamu nggak kenapa-kenapa, oh ya teman kamu bagaimana ?” Tanya Ibu “Temanku sih baik-baik saja, tapi…” Jawabku “Tapi apa ?” Tanya ibu dengan wajah khawatir “Motor yang dikendarai temanku tadi hancur, tapi…” Jawabku “Tapi apa lagi” Tanya ibu lagi “Tapi sudah diganti oleh orang yang menabraknya tadi” Jawabku sambil sedikit tersenyum, untungnya Ibu tidak marah kepadaku.
Sesaat hari sudah mau gelap Adzan pun telah berkumandang, aku menuju masjid untuk menunaikan ibadah shalat Magrib. Setelah shalat aku bertemu lagi dengan ustad tadi siang dan menceritakan kejadianku “Ustad ternyata mimpiku semalam benar-benar terjadi, aku mengalami kecelakaan yang dahsyat”. “Hahaha…” Tawa ustad tersebut, “Kenapa ustad tertawa ?” Tanyaku, “Mimpi itu tidak terjadi, buktinya kamu masih hidupkan ?”, Kemudian aku termenung sejenak dan tertawa “Hehe iya ya”. Lalu ustad tersebut mengatakan satu hal yang mungkin tidak bisa kulupakan “Wahai anakku satu hal yang perlu kau ingat, nikmat yang paling berharga itu bukanlah kehidupan tetapi nikmat Islam dan Iman”. Kemudian ustad itu pergi meninggalkan masjid.
kemudian sesaat suara burung hantu mulai terdengar, langitpun telah gelap, aku kembali pulang kerumah dan berjalan sendiri. Namun aku tidak pernah merasakan takut lagi karena perkataan yang menyejukkan hatiku dari ustad tadi.
Keesokan paginya, sesaat disekolah banyak teman yang bercerita tentang rencana pergi jalan-jalan sehabis pulang sekolah. Kemudian temanku bertanya kepadaku “Kamu habis kecelakaan kemarin kan ?”, belum sempat aku menjawab teman lain bertanya lagi kepadaku “Bagaimana keadaanmu ?”, lalu aku menjawab” Alhamdulillah aku baik-baik saja”. Kemudian Dede berkata “Karena mimpi saja kamu takut apalagi kecelakaan seperti ini, kamu pasti takutkan ?”, kemudian dengan tegas aku menjawab “TIDAK”. Lalu semua teman di kelasku menghadap ke arahku.
Tidak beberapa lama “Toneng toneng” Lonceng istirahat pun berbunyi, aku pun pergi ke kantin bersama Thoib untuk menjanggal perutku yang sedang lapar. Seperti biasanya, saat makan aku selalu bercanda dengan Thoib “Yib tolong ambilakan minum” Kataku “berapa gelas ?” Tanya Thoib “Tidak usah banyak-banyak sepuluh gelas cukup, ya satu dong” Jawabku sambil tertawa. Sesaat aku baru keluar dari kantin “Hello…penakut ?” Kata Dede sambil mengejekku, “Kamu ini gimanasih De sahabat sendiri di ketawain” Balas Thoib, “sudahlah yib tidak usah di dengarin” Kataku.
Lalu entah ada makhluk gaib yang lewat atau apapun tapi tiba-tiba Dede memukulku dari belakang dan Thoib membalas dengan memukul Dede pula, kemudian terjadilah pertengkaran antara Thoib dan Dede, dan aku terus mencegah perkelahian itu. Setelah itu datanglah seorang guru dan menegur kami “Sudah-sudah, kenapa kamu berkelahi ?” “Bukan a..” kataku yang belum selesai berbicara “Ayo ikut ibu ke ruang kepsek”. Mau bagaimana lagi guruku menyangka akulah yang membuat perkelahian itu.
Sesaat di ruang Kepsek “kenapa kamu berkelahi ?” Tanya bapak Kepsek, “Aku tidak berkelahi Pak”, “Sudah…jangan banyak alasan” kata guru yang membawaku ke ruang kepsek. “Maaf saya harus mengurangi point prediket sekolahmu, dan sekarang bersihkan seluruh ruangan ini sampai selesai !” kata Pak kepsek. Lalu aku membersihkan ruangan itu, aku melakukukannya karena aku percaya Allah pasti memberikan yang terbaik untukku, aku membersihkan ruangan ini sampai-sampai aku tidak jadi ikut jalan-jalan, ya mau gimana lagi.
Setelah aku pulang kerumah, aku mendapat telfon dari Thoib bahwa bus yang mereka tumpangi saat jalan-jalan mengalami kecelakaan, dan mereka sekarang berada di Puskesmas. Setelah itu aku langsung menuju Puskesmas dan bertemu dengan Thoib, ”Kamu nggak kenapa-kenapa yib ?” Tanyaku, “Cuma lecet dikit kok” Jawab Thoib. “Bagaimana keadaan teman yang lain” Tanyaku lagi, “Semua sih selamat tetapi Dede mengalami luka yang sangat parah di bagian kepalanya” Jawab Thoib.
Setelah itu aku menuju ke kamar dimana Dede di rawat. “Bagaimana kabar Dede buk ?” Tanyaku kepada ibunya Dede, ”Aku nggak papa kok” Terdengar suara kecil dari Dede yang baru sadar. “Maafin aku ya, mungkin gara-gara aku jahat sama kamu sehingga aku seperti ini “ Kata Dede, “Kamu nggak ada salah De, ini semua pasti sudah diatur oleh Allah ” Jawabku sambil tersenyum kepada Dede.
Beberapa hari setelah kejadian itu, waktu aku bermain dengan Thoib seorang lelaki muda yang memakai perban di kepalanya datang kerumahku, dan ternyata orang itu adalah  Dede. “Loh..kamu kan masih sakit kenapa kesini De ? ” Tanyaku, lalu dede berkata ”Aku sebenarnya ingin minta maaf sekali lagi sama kamu”, “De..de sudah aku maafin kok” Ujarku. Lalu Dede bertanya “Kenapa sih waktu itu kamu nggak nuduh aku yang mengakibatkan perkelahian itu ?”, “Aku nggak mau memperbesarkan masalah, lagian aku juga percaya Allah sudah mengatur semua itu dan mungkin itu memang yang terbaik untukku” Jawabku.
Kemudian Dede termenung dan bertanya kembali “Kenapa sih kamu percaya bahwa hal itu baik untukmu sedangkan itu telah mengurangi point sekolahmu kan ?”, lalu aku berkata “Kalau kamu mau tau jawabannya ikutlah denganku ke masjid pada waktu magrib besok”, “Hmm…baiklah, tapi besok pagi kamu harus ikut aku dulu ke ruang kepsek” Kata Dede “Mau apa” Tanyaku “Lihat saja besok, aku pulang dulu Assalamualaikum” Kata dede sambil tersenyum “Wa’alaikumussalam” Jawabku.
Keesokan harinya saat di sekolah Dede membawaku ke ruang kepsek, sesaat di ruang kepsek “Ada apa ya” kata bapak kepsek, “Begini pak waktu itu yang mengakibatkan perkelahian itu sebenarnya saya” Kata Dede yang gugup “Apa itu benar ?” Kata bapak kepsek “Ya pak ” Jawab Dede, “Kalau begitu saya tidak jadi mengurangi point kamu” Kata bapak kepsek “Horeee” Jawabku yang merasa gembira “Dan untuk kamu Dede...” Kata bapak kepsek “Iya Pak” Jawab Dede dengan wajah yang pucat “saya juga tidak mengurangi point kamu “ Kata bapak kepsek “Serius pak ? horee” Teriak Dede. Kemudian kami kembali ke kelas dan aku berkata “Perbuatan kamu tadi adalah salah satu rasa iman” “Oh ya ?” Tanya Dede dan aku hanya menjawab dengan menganggukkan kepala “Hmm.. oh ya soal kemarin aku masih bingung “ kata Dede “Soal apa ? “ Tanyaku “Itu, yang kamu ingin ajak aku ke masjid” jawab Dede “Ooo..pokoknya nanti waktu magrib kamu harus ikut aku ke masjid” jawabku, “Ya baiklah” Kata Dede.
pada waktu magrib datang, aku, Thoib, dan Dede pergi ke masjid dan melaksanakan shalat bersama di masjid tersebut. Setelah Shalat aku memperkenalkan Thoib dan Dede kepada ustad yang sering kutemui di mesjid itu. “Assalamualaikum ustad” “Wa’alaikumussalam” Jawab ustad “Perkenalkan ini temanku Dede dan Thoib” Kataku “Oh ya ada apa ya ?” Tanya ustad, “Begini loh ustad, teman aku bingung kenapa kita harus percaya apapun yang kita dapatkan merupakan hal yang terbaik“ kataku, lalu ustad menjawab “Kalau begitu kita duduk saja di mimbar agar lebih tenang” “Baik ustad” Jawabku “Begini kepercayaan adalah kita memiliki rasa yakin terhadap sesuatu, dan kenapa kita harus percaya apa yang kita dapatkan merupakan hal yang paling baik ? Karena di dalam ajaran Islam kita ini harus beriman yang artinya kita harus memiliki rasa kepercayaan kepada Allah dengan meyakini seluruh alam ini adalah ciptaannya” Kata ustad tersebut, “Oohh...kalau begitu mulai hari ini, jam ini, menit ini, bahkan detik ini InsyaAllah aku akan meningkatkan Imanku” Jawab Dede “Bagus” Kata ustad tersebut sambil tersenyum.
Kemudian aku bertanya kepada Dede “Sekarang kamu udah taukan kenapa setiap apapun yang aku lakukan merupakan yang terbaik untukku”, “Memangnya kenapa ?” Tanya Dede, kemudian Thoib tertawa “Hahaha..gimana sih nggak ngerti juga”. Setelah itu aku tersenyum dan berkata “KARENA AKU REMAJA MAKA AKU BERIMAN”.

 Terimakasih semoga menghibur dan bermanfaat...........